Senin, 06 Juni 2011

Bayan Syuro

“H. Cecep FirdausSyuro IndonesiaMesjid Jami Kebon JerukJakarta”

Allah SWT sudah membuat ketetapan dengan kekuasaannya bahwa kebahagiaan dan kesuksesan akan datang hanya dengan ketaatan kepadaNya mengikuti apa yang telah dicontohkan Rasullullah SAW. Siapa saja yang bisa melakukan ketaatan ini seperti yang sudah di sunnahkan oleh Rasullullah SAW maka kesuksesan pasti akan datang kepadanya dan Allah pasti akan bahagiakan dia dunia dan akherat. Lalu siapa saja yang tidak mau taat kepada Allah maka Allah akan gagalkan kehidupannya dan sengsarakan hidupnya di dunia ini dan di akherat yang selama-lamanya. Jadi yang namanya kebahagiaan dan kesuksesan ini bukan terletak pada keduniaan atau pada kekayaan atau pada kebendaan tapi terletak pada ketaatan kepada Allah. Siapa saja yang taat pada Allah pasti dia akan bahagia. Apakah dia orang kaya ataupun orang miskin, apakah dia tinggal di kota ataupun di desa, apakah dia pejabat tinggi atau rakyat biasa, apakah dia orang yang sehat fisiknya ataupun orang cacat fisiknya, apakah dia seorang Raja penguasa ataupun seorang hamba sahaya, kalau dia bisa taat kepada Allah, maka Allah akan jamin hidupnya dunia dan akherat. Atas perkara ini Allah telah utus para Nabi dan para Rasul mengajak manusia agar bisa mendapatkan kebahagiaan dunia dan akherat dengan jalan ketaatan kepada Allah. Apa itu ketaatan kepada Allah yaitu dengan menjalankan perintahNya dan menjauhi larangannya mengikuti daripada yang telah di contohkan dan si sunnahkan oleh Nabi-nabi mereka.

Dari zaman ke zaman yang lainnya sampai hari ini kebanyakan manusia telah salah paham, mereka kira kebahagiaan itu terletak pada kekayaan, pada harta, pada keduniaan, pada kekuasaan. Ini sama sekali tidak benar. Walaupun dia seorang yang kaya raya, walaupun dia mempunyai kekuasaan, walaupun dia memiliki segalanya dari dunia ini tetapi dia tidak taat kepada Allah, maka tidak akan ada kejayaan, kebahagiaan, dan kesuksesan dalam kehidupannya. Di dunia ini dia akan sengsara walaupun dia memiliki segalanya dari keduniaan, dan akherat dia akan celaka selama-lamanya. Adapun harta dan kekuasaan bukanlah suatu tanda-tanda bahwa kita sudah berjaya, sudah sukses, dan pasti bahagia. Ini yang namanya kekeliruan karena harta, kekuasaan, kekayaan ini hanyalah ujian daripada Allah SWT. Harta adalah ujian dari Allah sebagaimana datangnya kemiskinan pada seseorang yang juga datangnya dari Allah. Jadi kekayaan itu adalah ujian dari Allah bagi kita dan kemiskinan itupun juga ujian dari Allah bagi kita. Jadi penguasa yang mempunyai kekuasaan merupakan ujian bagi kita, dan menjadi rakyat yang tidak mempunyai kekuasaanpun juga merupakan ujian bagi kita. Jadi yang dinilai oleh Allah bukanlah harta yang kita miliki, pangkat yang kita punyai, ataupun kekuasaan yang kita dapatkan. Juga bukan karena kemiskinannya, ataupun karena status sosialnya, ataupun ketidak berdayaanya karena tidak ada kekuasaan. Ini semua bukan tolak ukur atau nilai yang Allah cari, tetapi yang dinilai dan yang dijadikan tolak ukur oleh Allah adalah ketaatannya. Siapa saja yang taat kepada Allah maka Allah akan berikan kepadanya kebahagiaan dan kesuksesan. Siapa saja yang tidak taat kepada Allah, maka Allah akan berikan kepadanya kesengsaraan dan kegagalan dalam hidupnya.

Apabila kita ingin bahagia dan jaya dunia dan akherat, ini bukan harus ditempuh dengan cara berusaha untuk menjadi kaya dan berkuasa. Untuk bisa bahagia ini bisa didapatkan oleh orang kaya dan bisa didapatkan oleh orang miskin, bisa oleh penguasa dan bisa oleh rakyat jelata, bisa oleh seorang raja dan bisa oleh hamba sahaya, tetapi syaratnya harus dengan ketaatan kepada Allah. Yang membedakan seseorang ini bahagia dan sukses ini bukan dari kebendaan, kekayaan, jabatan, ataupun kekuasaan dan keadaan-keadaan yang dia miliki tetapi dari ketaatannya. Dan ketaatan ini bisa dilakukan oleh orang kaya dan bisa dilakukan oleh orang miskin. Bukan orang kaya saja yang bisa taat kepada Allah, bahkan orang miskinpun bisa taat kepada Allah. Bahkan orang miskin dipermudah untuk mentaati Allah SWT, sebab pada umumnya ujian kekayaan lebih berat daripada ujian kemiskinan. Sebagaimana Abu Bakar Shiddiq RA telah mengatakan bahwa :

“Kami diuji dengan kemiskinan dan kami bisa bertahan, tetapi ketika kami di uji dengan kekayaan hampir-hampir kami tidak bisa bertahan.”

Di jaman Nabi SAW, Sya’labah seorang miskin ketika itu sebelum dia menjadi orang kaya, ketika itu mudah bagi dia untuk dapat taat kepada Allah. Masa itu dia bisa datang ke mesjid, walaupun harus dengan bergantian memakai kain dengan istrinya untuk bisa sholat kepada Allah sangking miskinnya keadaan dia waktu itu. Dalam keadaan kemiskinan yang amat sangat Syalabah bisa mudah menjalankan ketaatan kepada Allah. Tetapi apa yang terjadi setelah dia, menjadi kaya, justru ketika keduniaan dan kekayaan datang kepadanya, sya’alabah tidak bisa mempertahankan ketaatannya kepada Allah Ta’ala. Jadi sungguh keliru kalau ada orang yang mengatakan agama ini mudah di amalkan kalau kita ada kekayaan. Buktinya pada hari ini mesjid yang berada di lingkungan yang orang-orangnya berada dalam kemiskinan dengan mesjid yang berada di lingkungan orang-orang kaya, maka mesjid yang di lingkungan orang-orang miskin lebih makmur daripada mesjid yang ada di lingkungan orang kaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar